Thursday, 24 December 2015

Kisah Sukses Penjual Kue Raup Rp20 Juta Sehari

Salah satu ibu pembuat dan penjual kue di Kampoeng Kue Rungkut Surabaya. (VIVAnews | Tudji Martudji)
Kampoeng Kue. ‎Demikian orang menyebutnya, hingga saat ini. Tak hanya dikenal warga lokal, pelancong luar negeri pun mampir ke kampung ini untuk membeli kue, atau makanan buatan warga.


Sesuai dengan namanya, sebagian besar ibu-ibu warga di Jalan Rungkut Lor Gang II, Surabaya, Jawa Timur ini, setiap hari sibuk membuat kue dan makanan. Tak hanya melayani pembeli perorangan, pedagang kue keliling juga kulakannya di sini, belum lagi pemesanan untuk acara hajatan dan lainnya pun di kampung ini.‎

Kebanjiran pesanan disebut sebagai rutinitas, dan terus berlipat saat Ramadan dan jelang Lebaran. Tidak tanggung-tanggung, dari hasil keuletannya setiap hari mendapat omzet Rp20 juta. Ini nilai keuntungan yang cukup besar untuk ukuran ibu rumahan, seperti Ibu Irul dan para tetangganya.‎

Sedikitnya, ada 70 jenis kue, ditambah menu makanan yang bisa dibuat. Kue kering dan kue basah juga berbagai menu makanan. Ada donat, lemper, roti kukus, bikang, martabak, nogosari, pastel, lapis, bikang, nasi rames, nasi kuning, nasi pecel, nasi rawon, gulai, sate dan lainnya. 

Adalah Ibu Irul, atau pemilik nama lengkap Choirul Mahpuduah (45) pembuat kue yang namanya kemudian dikenal, termasuk media asing pernah datang kepadanya untuk mewawancarai. 

Ibu Irul bertutur, yang dilakoni saat ini tak lepas dari perjalanan pahit saat menjadi pedagang kaki lima (PK5) pada 2005 silam. Tidak digubris oleh bank pemerintah, saat mengajukan pinjaman. Tempat berjualan juga tersusun seiring program yang digagas Tri Rismaharini (kini, Wali Kota Surabaya), saat menjabat Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. 

Kini, Ibu Irul berhasil dan tidak hanya seorang diri dalam dia membuat kue, lantaran terus kebanjiran order. Dia punya 65 orang ibu-ibu, juga bisa mendirikan koperasi dengan saldo sebesar Rp20 juta.
Bagaimana kisah lengkapnya? Berikut, penelusuran VIVAnews di Kampoeng Kue.‎

‎Ini diawali berjualan kue di luar pagar sekolah dasar, tepatnya di depan Kantor Kelurahan Rungkut, Surabaya. Sudah banyak pelanggan, namun semua berakhir karena jalur hijau tempatnya mangkal dibersihkan dan disulap jadi taman. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Tri Rismaharini, punya program menyulap lahan kosong jalur hijau menjadi taman kota.

"Kesal juga rasanya, pelanggan sudah banyak, kemudian diobrak. Saat itu, Ibu Tri Risma masih menjadi kepala dinas. Tetapi, itu saya anggap sebagai hikmah, hasilnya bisa jadi seperti ini," urai Ibu Irul.

Tak punya tempat berjualan, dia tak menyerah. Kebiasaannya membuat kue terus ditekuni. "Karena sudah punya pelanggan, mereka kemudian mencari saya ke rumah untuk membeli. Kalau ada kegiatan, pesan kuenya juga ke sini‎," katanya.

‎Kewalahan, ia kemudian mengajak ibu-ibu tetangganya untuk melayani semua pemesan, baik yang tetap maupun order dadakan. Pagi buta sampai ‎larut malam, ibu-ibu di kampung itu sibuk memasak, membuat kue, dan makanan.

Setiap malam, dimulai jam 02.30 sampai 06.00 WIB, langganannya para penjual kue. Sepeda motornya sudah berjajar mengambil pesanan kue, kemudian menyebar berjualan. Lainnya, dititipkan ke sejumlah pedagang di Pasar Soponyono, Rungkut. Belum lagi, jika ada pesanan mendadak untuk berbagai acara kegiatan.

"Lumayan, sekarang keuntungan per hari mencapai Rp20 juta," katanya.‎

Di sela kisahnya, Ibu Irul bertutur hatinya sempat sedih, saat mengingat pernah ditolak saat mengajukan pinjaman uang untuk modal.

"Iya, saya ingat, saat butuh modal dan mau pinjam di bank tapi ditolak. Karena kebanyakan kita di sini pendatang, tidak punya KTP Surabaya, dan disebut tidak punya agunan," kenang dia.

Tak dapat pinjaman bank, disiasati ‎dengan urunan sesama rekan, ibu-ibu sesama pembuat kue. Diputar untuk membeli bahan, dibuat kue dan dijual ke pelanggan. Modal yang dimiliki pun semakin banyak.

‎‎Kemudian, datang bantuan dari PT. HM Sampoerna Tbk, di antaranya berupa pelatihan pengembangan usaha dari Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna. Bantuan lainnya juga datang dari perusahaan tepung PT. Bogasari.

‎Kini, Ibu Irul dan 60 orang anggotanya bisa bernapas lega. Kue dan makanan buatannya sudah dikenal dan semakin laris. Bahkan, sejumlah toko swalayan di Surabaya disebutkan juga menjadi langganannya.
Termasuk, banyak perkantoran di Kota Pahlawan ini, yang menu sarapan dan makan siangnya juga berlangganan dari pembuat kue dan makanan dari Kampoeng Kue ini.

Sejumlah media pun, terus berdatangan mengabadikan kisahnya, termasuk media luar negeri. "Ia, saya juga diwawancarai wartawan dari media luar negeri," katanya.‎

"Melalui PPK Sampoerna, kami berkomitmen terus berkontribusi bagi kewirausahaan baik di tingkat lokal maupun nasional dengan memberikan serangkaian pelatihan, didukung fasilitas penunjang agar para UKM dapat berkembang sesuai dengan jenis usaha yang diminati. Kami berharap, mampu menciptakan UKM yang mampu terus berinovasi dan siap berkompetisi setiap saat," jelas Manager CSR & Contributions HM Sampoerna, Taruli Aritonang. (art)

Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/541245-kisah-sukses-penjual-kue-raup-rp20-juta-sehari

No comments:

Post a Comment