“Perjalanan bisnis tidak selalu mulus. Kami sempat dililit
hutang ratusan juta rupiah dan selama dua tahun keadaan ekonomi kami terpuruk,
bahkan terkadang harus makan sepiring berdua. Dedy juga harus bekerja serabutan
di hari libur,” terang Tri Wardhani, istri dari Dedy Indrawan, seorang
pengusaha sprei dan bedcover asal Yogyakarta.
Dedy Indrawan atau yang akrab disapa Dedy memulai bisnis
sprei dan bedcover bersama sang istri secara online sejak 2009. Awalnya muncul
banyak keraguan dalam dirinya untuk menjalani bisnis ini. Dedy yang saat itu
bekerja sebagai seorang staf pemasaran sebuah bank swasta nyatanya tidak
memiliki tabungan yang cukup untuk memulai bisnis. Jangankan memiliki tabungan,
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja Dedy harus “ngojek” pada malam hari
usai pulang kerja.
“Saya pernah mencoba ngojek. Jadi siang saya bekerja di
bank, malamnya ngojek keliling, tetapi usaha ini tidak berhasil” kata bapak dua
putri ini.
Dedy mencoba keberuntungan lain dengan door to door
menawarkan produk asuransi dan lagi-lagi usaha ini tak kunjung berhasil
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun keadaan tidak lantas membuat Dedy menyerah.
Menurutnya, perubahan ke arah yang lebih baik harus dimulai dari diri sendiri
dan sedini mungkin. “Saya tidak mungkin tega membiarkan istri dan dua putri
saya tinggal di sebuah kontrakan kecil seumur hidup. Kalau bukan kita yang
memulai perubahan, siapa lagi, kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi,”
jelasnya dengan menggebu.
Akhirnya pria yang berusia 34 tahun ini memberanikan diri
memulai bisnis sprei dan bedcover secara online dengan bermodalkan pinjaman
uang dari seorang kerabat yang nominalnya tidak seberapa, namun nyatanya hal
tersebut bukanlah penghalang yang berarti.
“Berbisnis melalui internet tetap mungkin dilakukan walaupun
hanya dengan modal seadanya,” tutur pemilik sekaligus pengelola toko online
Jaxine Sprei and Bedcover.
Jaxine Sprei and Bedcover yang semakin lama semakin
berkembang akhirnya membuat Dedy memutuskan untuk berhenti bekerja dari bank
dan fokus menggarap bisnis online-nya. Setelah tiga tahun hanya mengambil stok
barang dari supplier, kini akhirnya ia sudah mampu memproduksi sprei dan
bedcover sendiri dengan dibantu 24 orang karyawan. Namun pemasaran yang awalnya
dilakukan melalui website pribadi lambat laun dirasa tidak lagi efektif untuk
menindaklanjuti pesanan yang dari hari ke hari kian bertambah.
“Saya kewalahan mengelola website sendiri dan di sisi lain
persaingan dengan website kompetitor juga semakin ketat,” imbuhnya.
Ia akhirnya memutuskan untuk memasarkan produknya melalui
mal online, salah satunya Tokopedia. “Dengan memasarkan produk di Tokopedia,
saya tidak perlu lagi pusing memikirkan SEO dan posisi keyword saya di search
engine,” terang Dedy.
Ia juga menambahkan, dengan bergabung bersama Tokopedia,
produknya lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
“Pengunjung Tokopedia sendiri sudah ramai. Hal itu secara langsung membantu
saya dalam mempromosikan brand kami ke seluruh penjuru Indonesia,” imbuh
laki-laki yang sekarang sudah berhasil mengirimkan ribuan paket produk setiap
bulannya ini.
Sebelum memulai bisnis online, hidup Dedy dan keluarga
kecilnya serba pas-pasan dengan hanya mengandalkan gaji bulanan sebagai
karyawan, yang bahkan untuk sekedar membeli sepeda motor saja harus mencicil
selama tiga tahun. Dedy yang usai lulus kuliah sempat berdagang angkringan ini
juga harus bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun
berkat kegigihannya dalam membangun bisnis melalui internet, kehidupannya
berubah.
“Internet memberi dampak yang begitu besar bagi hidup kami,
khususnya dalam mengubah kondisi perekonomian keluarga kami. Dulu bahkan untuk
makan saya harus ngirit, tapi sekarang bisnis online membuat kami mampu membeli
sebuah rumah, tiga buah mobil dan empat sepeda motor dengan mudah,” tutupnya
dengan penuh syukur.
No comments:
Post a Comment