Tuesday, 7 July 2015

Dulu Sepiring Berdua, Kini Sukses Jadi Juragan Sprei & Bedcover

“Perjalanan bisnis tidak selalu mulus. Kami sempat dililit hutang ratusan juta rupiah dan selama dua tahun keadaan ekonomi kami terpuruk, bahkan terkadang harus makan sepiring berdua. Dedy juga harus bekerja serabutan di hari libur,” terang Tri Wardhani, istri dari Dedy Indrawan, seorang pengusaha sprei dan bedcover asal Yogyakarta.


Dedy Indrawan atau yang akrab disapa Dedy memulai bisnis sprei dan bedcover bersama sang istri secara online sejak 2009. Awalnya muncul banyak keraguan dalam dirinya untuk menjalani bisnis ini. Dedy yang saat itu bekerja sebagai seorang staf pemasaran sebuah bank swasta nyatanya tidak memiliki tabungan yang cukup untuk memulai bisnis. Jangankan memiliki tabungan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja Dedy harus “ngojek” pada malam hari usai pulang kerja.

“Saya pernah mencoba ngojek. Jadi siang saya bekerja di bank, malamnya ngojek keliling, tetapi usaha ini tidak berhasil” kata bapak dua putri ini.
Dedy mencoba keberuntungan lain dengan door to door menawarkan produk asuransi dan lagi-lagi usaha ini tak kunjung berhasil memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun keadaan tidak lantas membuat Dedy menyerah. Menurutnya, perubahan ke arah yang lebih baik harus dimulai dari diri sendiri dan sedini mungkin. “Saya tidak mungkin tega membiarkan istri dan dua putri saya tinggal di sebuah kontrakan kecil seumur hidup. Kalau bukan kita yang memulai perubahan, siapa lagi, kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi,” jelasnya dengan menggebu.

Akhirnya pria yang berusia 34 tahun ini memberanikan diri memulai bisnis sprei dan bedcover secara online dengan bermodalkan pinjaman uang dari seorang kerabat yang nominalnya tidak seberapa, namun nyatanya hal tersebut bukanlah penghalang yang berarti.

“Berbisnis melalui internet tetap mungkin dilakukan walaupun hanya dengan modal seadanya,” tutur pemilik sekaligus pengelola toko online Jaxine Sprei and Bedcover.
Jaxine Sprei and Bedcover yang semakin lama semakin berkembang akhirnya membuat Dedy memutuskan untuk berhenti bekerja dari bank dan fokus menggarap bisnis online-nya. Setelah tiga tahun hanya mengambil stok barang dari supplier, kini akhirnya ia sudah mampu memproduksi sprei dan bedcover sendiri dengan dibantu 24 orang karyawan. Namun pemasaran yang awalnya dilakukan melalui website pribadi lambat laun dirasa tidak lagi efektif untuk menindaklanjuti pesanan yang dari hari ke hari kian bertambah.
“Saya kewalahan mengelola website sendiri dan di sisi lain persaingan dengan website kompetitor juga semakin ketat,” imbuhnya.

Ia akhirnya memutuskan untuk memasarkan produknya melalui mal online, salah satunya Tokopedia. “Dengan memasarkan produk di Tokopedia, saya tidak perlu lagi pusing memikirkan SEO dan posisi keyword saya di search engine,” terang Dedy.
Ia juga menambahkan, dengan bergabung bersama Tokopedia, produknya lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. “Pengunjung Tokopedia sendiri sudah ramai. Hal itu secara langsung membantu saya dalam mempromosikan brand kami ke seluruh penjuru Indonesia,” imbuh laki-laki yang sekarang sudah berhasil mengirimkan ribuan paket produk setiap bulannya ini.

Sebelum memulai bisnis online, hidup Dedy dan keluarga kecilnya serba pas-pasan dengan hanya mengandalkan gaji bulanan sebagai karyawan, yang bahkan untuk sekedar membeli sepeda motor saja harus mencicil selama tiga tahun. Dedy yang usai lulus kuliah sempat berdagang angkringan ini juga harus bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun berkat kegigihannya dalam membangun bisnis melalui internet, kehidupannya berubah.

“Internet memberi dampak yang begitu besar bagi hidup kami, khususnya dalam mengubah kondisi perekonomian keluarga kami. Dulu bahkan untuk makan saya harus ngirit, tapi sekarang bisnis online membuat kami mampu membeli sebuah rumah, tiga buah mobil dan empat sepeda motor dengan mudah,” tutupnya dengan penuh syukur.


No comments:

Post a Comment