Agar hari itu si pedagang bisa pulang dengan uang, maka ketika si pembeli bertanya apakah mangga yang dijualnya manis atau asam, si penjual menjawab manis. Lalu diiming-imingi harga murah pula.
Namun, tak lama kemudian, setelah mangga dibeli dan pembeli berlalu, si tukang mangga tersenyum. Mangga yang dibawanya habis diborong si pembeli tadi dan dia kini tinggal menghitung untung.
Tiba-tiba, selang beberapa jam kemudian, dia kaget karena dilempar mangga yang berada di keranjang besar. Dia kaget dan emosi. Namun, wajahnya pucat, saat yang dilihatnya pelaku pelemparan itu adalah si pembeli mangganya. "Kamu bilang manis? Makan ini..." kata si pembeli sambil menyodorkan satu mangga ke mulut si penjual, yang meronta dan menolak mengikuti perintah.
Tukang mangga itu pun di pukuli dan meminta ampun. Dia menyadari itu adalah akibat kesalahannya: membohongi konsumen.
Begitu pun kiat Ciputra, tokoh entrepreneur Indonesia. Menurutnya, seperti tertera dalam ciputraentrepreneurship.com, jika Anda membodohi mereka (konsumen) Anda akan kehilangan kesetiaan dalam jangka panjang terhadap brand Anda meski harus diakui akan ada penurunan keuntungan dalam jangka pendek.
Pernah kami mengalami pencapaian angka penjualan yang menggembirakan. Rumah pojok dan yang berlokasi di tusuk sate yang biasanya tidak digemari pun laku. Semuanya habis padahal harganya dengan rumah lain yang letaknya di luar posisi tusuk sate dan pojok sama. Jadi pembeli rumah tusuk sate dan rumah pojok bersedia membayar harga penuh sebagaimana harga kavling normal yang lebih disukai.
Salah seorang dari kami mengusulkan agar diberikan perbedaan harga bagi rumah tusuk sate dan rumah pojok. Kami pun memutuskan memberikan diskon 10%-20% bagi pembeli di kavling rumah tusuk sate dan rumah pojok.Kami mengembalikan uang diskon yang sudah dibayarkan pembeli rumah tusuk sate dan rumah pojok.
Inilah, kata Ciputra, yang kami namakan sebagai integritas. Jangan pura-pura tidak tahu apalagi membodohi konsumen sebagai seorang entrepreneur.
No comments:
Post a Comment